Nama : Rianti
Ridhaningtyas
Npm :
1A111404
Kelas : 5 KA
32
Tugas : Makalah
kebudayaan suku Betawi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Manusia adalah makhluk yang diciptakan
oleh tuhan sebagai makhluk yang
berbudaya, hal ini dapat dilihat dari perkembangan manusia
yang ditandai dengan adanya peradaban-peradaban dan juga budaya yang telah
terbentuk.Manusia mendiami wilayah yang
berbeda, berada di lingkungan yang berbeda juga. Hal ini membuat kebiasaan,
adat istiadat, kebudayaan dan kepribadian setiap manusia suatu wilayah berbeda
dengan yang lainnya. Namun secara garis besar terdapat tiga pembagian wilayah,
yaitu : barat, timur tengah, dan timur.
Kita di indonesia termasuk
ke dalam bangsa timur, yang dikenal sebagai bangsa yang berkepribadian baik.
Bangsa timur dikenal dunia sebagai bangsa yang ramah dan bersahabat. Orang –
orang dari wilayah lain sangat suka dengan kepribadian bangsa timur yang tidak
individualistis dan saling tolong menolong satu sama lain
Menurut
Selo Soemardjan menjelaskan bahwa yang dimaksud masyarakat adalah manusia yang
hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian tak ada masyarakat
yang tidak mempunyai kebudayaan. Sebaliknya tak ada kebudayaan tanpa masyarakat
sebagai wadah pendahulunya. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama untuk melakukan kegiatan bagi kepentingan
bersama atau sebagian besar hidupnya berada dalam kehidupan budaya.
Masyarakat
atau Suku Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antar etnis dan bangsa di masa
lalu secara biologis. Kata Betawi digunakan untuk menyatakan suku asli yang
menghuni di Jakarta dan Bahasa Melayu Kreol adalah bahasa yang digunakannya,
dan juga kebudayaan melayunya adalah kebudayaanya. Kata Betawi sebenarnya
berasal dari kata “Batavia”, yaitu nama kuno Jakarta diberikan oleh Belanda.
Jadi, sangatlah menarik bila diteliti secara sruktur, poses dan pertumbuhan
social Suku Betawi mulai dari sejarahnya, bahasa, kepercayaan, profesi,
perilaku, wilayah, seni dan budayanya.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana sejarah dan asal-usul suku
betawi ?
2.
Bagaimana komunitas penduduk betawi ?
3.
Kepercayaan apa sajakah yang dianut oleh
suku betawi ?
4.
Bagaimana sistem mata pencaharian masyarakat betawi?
5.
Apa saja seni dan kebudayaan betawi ?
6.
Bahasa apakah yang diapakai oleh suku
betawi ?
1.3 Batasan Masalah
Untuk
menghindari kesalahan persepsi dan tidak meluasnya pokok pembahasan, maka pembahasan
dari makalah ini yaitu mengenai penduduk, masyarakat, dan kebudayaan suku
betawi.
1.4 Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah mengenai suku
betawi yaitu untuk mengetahui sejarah suku betawi dan penulis juga ingin
mengetahui dan memahami budaya betawi dari segala aspeknya. Adapun manfaat dari
penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang proses dan
pertumbuhan social suku betawi.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah
Diawali oleh orang sunda (mayoritas), sebelum
abad ke-16 dan masuk ke dalam kerajaan tarumanegara serta kemudian
pakuan pajajaran.
Selain orang sunda, terdapat pula pedagang dan pelaut asing dari pesisir utara jawa, dari berbagai pulau
indonesia timur, dari malaka di semenanjung malaya, bahkan dari tiongkok
serta gujarat
di india.
Selain itu, perjanjian antara
surawisesa (raja kerajaan sunda) dengan bangsa portugis pada tahun 1512 yang
membolehkan portugis untuk membangun suatu komunitas di sunda kalapa
mengakibatkan perkawinan campuran antara penduduk lokal dengan bangsa portugis
yang menurunkan darah campuran portugis. Dari komunitas ini lahir musik
keroncong.
Setelah VOC menjadikan batavia
sebagai pusat kegiatan niaganya, belanda memerlukan banyak tenaga kerja untuk
membuka lahan pertanian dan membangun roda perekonomian kota ini. Ketika itu
VOC banyak membeli budak dari penguasa bali, karena saat itu di bali masih
berlangsung praktik perbudakan. Itulah penyebab masih tersisanya kosa kata dan
tata bahasa bali dalam bahasa betawi kini. Kemajuan perdagangan batavia menarik
berbagai suku bangsa dari penjuru nusantara hingga tiongkok, arab dan india
untuk bekerja di kota ini. Pengaruh suku bangsa pendatang asing tampak jelas
dalam busana pengantin betawi yang banyak dipengaruhi unsur arab dan tiongkok.
Berbagai nama tempat di jakarta juga menyisakan petunjuk sejarah mengenai
datangnya berbagai suku bangsa ke batavia; kampung melayu, kampung bali,
kampung ambon, kampung jawa, kampung makassar dan kampung bugis. Rumah bugis di bagian
utara jl. Mangga dua di daerah kampung bugis yang dimulai
pada tahun 1690.
Pada awal abad ke 20 ini masih terdapat beberapa rumah seperti ini di daerah
kota.
Antropolog universitas indonesia, Dr. Yasmine zaki shahab, ma memperkirakan,
etnis betawi baru terbentuk sekitar seabad lalu, antara tahun 1815-1893. Perkiraan ini
didasarkan atas studi sejarah demografi penduduk jakarta yang dirintis
sejarawan australia, lance castle. Di zaman
kolonial belanda, pemerintah selalu melakukan sensus, yang dibuat berdasarkan
bangsa atau golongan etnisnya. Dalam data sensus penduduk jakarta tahun 1615 dan 1815, terdapat penduduk
dari berbagai golongan etnis, tetapi tidak ada catatan mengenai golongan etnis
betawi. Hasil sensus tahun 1893 menunjukkan hilangnya sejumlah golongan etnis yang
sebelumnya ada. Misalnya saja orang arab dan moor, orang bali, jawa,
sunda, orang sulawesi selatan, orang sumbawa,
orang ambon
dan banda,
dan orang melayu. Kemungkinan kesemua suku bangsa nusantara dan arab moor ini
dikategorikan ke dalam kesatuan penduduk pribumi (belanda: inlander) di
batavia yang kemudian terserap ke dalam kelompok etnis betawi.
Gambar 1. Rumah adat betawi
2.2 Penduduk Betawi
Merupakan komunitas
penduduk di Jawa (Pulau Nusa Jawa) yang berbahasa Melayu, dikemudian
hari disebut sebagai orang Betawi. Orang Betawi ini disebut
juga sebagai orang Melayu Jawa. Merupakan hasil percampuran antara
orang-orang Jawa, Melayu, Bali, Bugis, Makasar, Ambon, Manado, Timor,
Sunda, dan mardijkers (keturunan
Indo-Portugis) yang mulai menduduki kota pelabuhan Batavia sejak awal
abad ke-15. Di samping itu, juga merupakan percampuran darah
antara berbagai etnis: budak-budak Bali, serdadu Belanda dan serdadu Eropa
lainnya, pedagang Cina atau pedagang Arab, serdadu Bugis atau serdadu
Ambon, Kapten Melayu, prajurit Mataram, orang Sunda dan
orang Mestizo.
Sementara itu mengenai
manusia Betawi purbakala, adalah sebagaimana manusia pulau Jawa purba
pada umumnya, pada zaman perunggu manusia Betawi purba sudah mengenal
bercocok tanam. Mereka hidup berpindah-pindah dan selalu
mencari tempat hunian yang ada sumber airnya serta banyak terdapat
pohon buah-buahan. Mereka pun menamakan tempat tinggalnya sesuai
dengan sifat tanah yang didiaminya, misalnya nama tempat Bojong,
artinya "tanah pojok".
Dalam buku Jaarboek
van Batavia (Vries, 1927) disebutkan bahwa semula
penduduk pribumi terdiri dari suku Sunda tetapi lama kelamaan
bercampur dengan suku-suku lain dari Nusantara juga dari Eropa, Cina,
Arab, dan Jepang. Keturunan mereka disebut inlanders, yang bekerja
pada orang Eropa dan Cina sebagai pembantu rumah tangga,
kusir, supir, pembantu kantor, atau opas. Banyak yang merasa bangga
kalau bekerja di pemerintahan meski gajinya kecil.
Lain-lainnya bekerja sebagai binatu, penjahit, pembuat sepatu dan
sandal, tukang kayu, kusir kereta sewaan, penjual buah dan kue, atau
berkeliling kota dengan "warung dorongnya". Sementara sebutan wong Melayu atau orang Melayu lebih merujuk kepada bahasa
pergaulan (lingua franca)
yang dipergunakan seseorang, di samping nama "Melayu"
sendiri memang sudah menjadi sebutan bagi suku bangsa yang berdiam
di Sumatra Timur, Riau, Jambi dan Kalimantan Barat.
Posisi wanita Betawi di bidang
pendidikan, perkawinan, dan keterlibatan dalam angkatan kerja relatif
lebih rendah apabila dibandingkan dengan wanita lainnya di Jakarta
dan propinsi lainnya di Indonesia. Keterbatasan kesempatan wanita
Betawi dalam pendidikan disebabkan oleh kuatnya pandangan hidup tinggi
mengingat tugas wanita hanya mengurus rumah tangga atau ke
dapur, disamping keterbatasan kondisi ekonomi mereka. Situasi ini
diperberat lagi dengan adanya prinsip kawin umur muda masih
dianggap penting, bahkan lebih penting dari pendidikan. Tujuan Undang-Undang
Perkawinan untuk meningkatkan posisi wanita tidak banyak
memberikan hasii. Anak yang dilahirkan di Jakarta,
tidak mempunyai hubungan dengan tempat asal di luar
wilayah bahasa Melayu, dan tidak mempunyai hubungan kekerabatan
atau adat istiadat dengan kelompok etnis lain di Jakarta.
2.3 Kepercayaan
Orang
Betawi sebagian besar menganut agama Islam, tetapi yang menganut agama Kristen;
Protestan dan Katholik juga ada namun hanya sedikit sekali. Di antara suku
Betawi yang beragama Kristen, ada yang menyatakan bahwa mereka adalah keturunan
campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis. Hal ini wajar karena
pada awal abad ke-16, Surawisesa, raja Sunda mengadakan perjanjian dengan
Portugis yang membolehkan Portugis membangun benteng dan gudang di pelabuhan
Sunda Kalapa sehingga terbentuk komunitas Portugis di Sunda Kalapa. Komunitas
Portugis ini sekarang masih ada dan menetap di daerah Kampung Tugu, Jakarta
Utara.
2.4 Sistem Mata Pencaharian
Mata
pencaharian orang Betawi dapat dibedakan antara yang berdiam di
tengah kota dan yang tinggal di pinggiran. Di daerah pinggiran
sebagian besar adalah petani buahbuahan, petani sawah dan pemelihara
ikan. Namun makin lama areal pertanian mereka makin menyempit, karena
makin banyak yang dijual untuk pembangunan perumahan, industri, dan
lain-lain. Akhirnya para petani ini pun mulai beralih pekerjaan
menjadi buruh, pedagang, dan lain-lain.
2.5 Seni dan Kebudayaan
a)
Musik
Dalam
bidang kesenian, misalnya, orang Betawi memiliki seni Gambang Kromong
yang berasal dari seni usic Tionghoa,
tetapi juga ada Rebana
yang berakar pada tradisi usic Arab,
Keroncong Tugu
dengan latar belakang Portugis-Arab,
dan Tanjidor
yang berlatarbelakang ke-Belanda-an.
Saat ini Suku Betawi terkenal dengan seni Lenong,
Gambang Kromong, Rebana
Tanjidor
dan Keroncong.
Betawi juga memiliki lagu tradisional seperti “Kicir-kicir”.
Gambar
2. Gambang kromong
b)
Seni Tari
Seni
tari di Jakarta merupakan perpaduan antara nsure-unsur budaya masyarakat yang
ada di dalamnya. Contohnya tari Topeng Betawi, Yapong yang dipengaruhi tari Jaipong
Sunda, Cokek
dan lain-lain. Pada awalnya, seni tari di Jakarta memiliki pengaruh Sunda dan
Tiongkok, seperti tari Yapong dengan kostum penari khas pemain Opera Beijing.
Namun Jakarta dapat dinamakan daerah yang paling dinamis. Selain seni tari lama
juga muncul seni tari dengan gaya dan koreografi yang dinamis.
Gambar
3. Tari cokek
c)
Drama
Drama
tradisional Betawi antara lain Lenong
dan Tonil.
Pementasan lakon tradisional ini biasanya menggambarkan kehidupan sehari-hari
rakyat Betawi, dengan diselingi lagu, pantun, lawak, dan lelucon jenaka.
Kadang-kadang pemeran lenong dapat berinteraksi langsung dengan penonton.
Gambar
4. Lenong
d)
Cerita Rakyat
Cerita
rakyat yang berkembang di Jakarta selain cerita rakyat yang sudah dikenal
seperti Si Pitung, juga dikenal cerita rakyat lain
seperti serial Jagoan Tulen atau si jampang yang mengisahkan
jawara-jawara Betawi baik dalam perjuangan maupun kehidupannya yang dikenal “keras”.
Selain mengisahkan jawara atau pendekar dunia persilatan, juga dikenal cerita Nyai Dasima
yang menggambarkan kehidupan zaman olonial.
Gambar
5. Cerita rakyat si pitung
e)
Senjata Tradisional
Senjata
khas Jakarta adalah bendo atau golok yang bersarungkan terbuat
dari kayu.
Gambar
6. Golok
f)
Makanan
Jakarta memiliki beragam masakan khas sebagai kekayaan
kuliner Indonesia. Sebagai kota metropolitan Jakarta banyak menyediakan makanan
khas. Salah satu ciri dari makanan khas Jakarta adalah memiliki rasa yang
gurih. Makanan-makanan khas dari Betawi / Jakarta di antaranya adalah :
kerak telor, kembang goyang, roti
buaya, kue rangi
Gambar 7. Roti buaya Gambar 8. Kerak telor
2.6 Bahasa
Sifat
campur-aduk dalam dialek Betawi adalah cerminan dari kebudayaan Betawi secara
umum, yang merupakan hasil perkawinan berbagai macam kebudayaan, baik yang
berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun kebudayaan asing.
Ada
juga yang berpendapat bahwa suku bangsa yang mendiami daerah sekitar Batavia
juga dikelompokkan sebagai suku Betawi awal (proto Betawi). Menurut sejarah,
Kerajaan Tarumanagara, yang berpusat di Sundapura atau Sunda Kalapa, pernah
diserang dan ditaklukkan oleh kerajaan Sriwijaya dari Sumatera. Oleh karena
itu, tidak heran kalau etnis Sunda di pelabuhan Sunda Kalapa, jauh sebelum
Sumpah Pemuda, sudah menggunakan bahasa Melayu, yang umum digunakan di
Sumatera, yang kemudian dijadikan sebagai bahasa nasional.
Karena
perbedaan bahasa yang digunakan tersebut maka pada awal abad ke-20, Belanda
menganggap orang yang tinggal di sekitar Batavia sebagai etnis yang berbeda
dengan etnis Sunda dan menyebutnya sebagai etnis Betawi (kata turunan dari
Batavia). Walau demikian, masih banyak nama daerah dan nama sungai yang masih
tetap dipertahankan dalam bahasa Sunda seperti kata Ancol, Pancoran, Cilandak,
Ciliwung, Cideng (yang berasal dari Cihideung dan kemudian berubah menjadi
Cideung dan tearkhir menjadi Cideng), dan lain-lain yang masih sesuai dengan
penamaan yang digambarkan dalam naskah kuno Bujangga Manik yang saat ini disimpan
di perpustakaan Bodleian, Oxford, Inggris. Meskipun bahasa formal yang digunakan
di Jakarta adalah Bahasa Indonesia, bahasa informal atau bahasa percakapan
sehari-hari adalah Bahasa Indonesia dialek Betawi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka
kesimpulannya adalah kesenian dan kebudayaan Suku Betawi merupakan kebudayaan
asli kota Jakarta dan memiliki jenis musik seperti Gambang Keromong, Tanjidor.
Menggukan bahasa dengan 2 dialek. Dari bidang seni teater terdapat lenong.
Kemudian terdapat cerita rakyat serta Ondel-ondel sebagai pertunjukan khasnya.
Ini membuktikan bahwa tiap daerah yang ada di Indonesia memiliki budaya daerah
masing-masing.
3.2 Saran
Keaekaragaman
kebudayaan Indonesia harus
bisa menjaga kelestarian seni dan budayanya. Upaya pelestarian tidak hanya
dilakukan oleh pemerintah. Namun, perlu didukung dan dilakukan oleh masyarakat
itu sendiri. Agar seni dan budaya dapat terjaga kelestariannya.
Referensi
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Betawi#cite_note-1
makasih kaka, bermanfaat :)
BalasHapusberarti kesimpulanya orang betawi itu bukan hasil cmpur orang bali,jawa,ambon,dlll,melainkan orang melayu asli yg bermigrasi dari kalimantan & sejarah sejak jaman pra sejarah..
BalasHapusijin copas ya
BalasHapus